
Toyota Fortuner hitam itu berhenti di depan sebuah bangunan berlantai dua. Ivona membuka pintu dan setelah mencium ringan pipi si pengemudi, dia melangkah turun. Rok mininya tak pelak tersingkap memamerkan kaki jenjangnya yang mulus, membuat tukang parkir gedung itu melotot sebentar lalu menelan ludah. Ivona melambaikan tangan sebelum mobil hitam itu berlalu dan mulai melangkah masuk ke dalam gedung.
“Pak Kusni..Apa kabar?” Ivona menyapa ramah tukang parkir berumur akhir 30an yang sedang sibuk menghitung uang hasil parkirnya, tukang parkir yang sama yang tadi sempat melotot saat melihat kaki jenjang Ivona.
”Woo Mbak Ivona to,saya pangling mbak, kok lama nggak kesini?” Pak Kusni menghentikan kegiatannya lalu mengulurkan tangan menjabat Ivona.
”Siapa bilang? Bapak aja yang ngga pernah liat saya. Sibuk ngeliatin duit terus sih.” Tukang parkir itu terkekeh,
“O ya Pak, ini buat Bapak”, Ivona mengeluarkan sebungkus rokok dari tas kulitnya lalu mengulurkannya kepada Pak Kusni.
” Lha ini yang ditunggu akhirnya datang juga.” Pak Kusni menerima pemberian Ivona dan langsung membuka kotak rokok itu lalu menyulut sebatang. Ivona tersenyum senang melihat respon Pak Kusni,
“Saya naik dulu ya Pak, sudah ditungguin”,
“Ya ya Mbak, makasih rokoknya”, Pak Kusni menghisap dalam-dalam rokoknya, melambai pada Ivona kemudian kembali sibuk dengan kotak uangnya. Ivona melangkah masuk ke dalam gedung yang seketika itu juga berpasang-pasang tatap mata menyambutnya.
Gedung itu adalah sebuah digital service center, tempat dimana orang-orang bisa mencetak foto atau membeli kamera digital beserta kroni-kroninya. Tujuan Ivona ada di lantai dua gedung itu yang tak lain adalah studio foto digital yang cukup dikenal di Jogjakarta, pagi ini Ivona ada jadwal pemotretan. Sudah 6 bulan terakhir ini, Ivona dikontrak untuk menjadi model di studio foto tersebut. Semua berawal saat Ivona dan teman-temannya iseng berfoto ria di studio itu,sekedar memuaskan hasrat narsis mereka, ternyata hasilnya membuat manajer studio foto itu terpesona dan tertarik untuk menjadikan Ivona sebagai modelnya.
“ Suit suit.. Ivon..”, Rudy, salah seorang sales person di tempat itu menyapa Ivona. Tidak ada banyak kostumer di tempat itu, sehingga Ivona pun tidak keberatan untuk beramah tamah sebentar.
“ Hai hai...lagi sepi yah?” Ivona menghampiri Rudy yang sedang duduk di meja yang disebelahnya terdapat rak yang memajang kamera-kamera digital keluaran terbaru.
”Yoi!makin cantik aja sih? Kapan mau foto ma aku?tapi foto porno ya.”,
Selama Ivona menjadi model di tempat itu, Rudy memang yang paling rajin menyapanya. Diantara sales person pria yang ada, Rudy memang yang paling percaya diri, teman-temannya hanya bisa cengar-cengir kalau bertemu Ivona, terlalu grogi untuk ngobrol.
”Genit!”
Ivona mencubit lengan Rudy, dan berlalu menaiki tangga. Dari mejanya,tatapan Rudy mengikuti langkah Ivona sambil mengusap-usap bekas cubitan gadis itu dan melemparkan ciuman-ciuman nakalnya. Sesampainya diatas, Eki, sang stylist langsung menyerbu Ivona dengan ciuman pipi kanan dan kiri. Ivona senang berada di dekat Eki, cowok feminin ini selalu bisa membuat Ivona tertawa dengan gaya bicaranya, dengan tingkahnya yang centil. Ivona bisa menjadi sangat menikmati pemotretan yang kadang memakan waktu berjam-jam bila Eki yang jadi stylistnya. Nama asli Eki sebenarnya Eko Rahmanto, sedangkan nama Eki sendiri muncul sebagai panggilan akrab dari teman-teman sepergaulannya, dan ternyata dia lebih merasa nyaman dengan nama Eki, kecuali jika harus berurusan dengan orang tuanya, nama Eko tetap tidak boleh dilupakan.
“Lama ya jeng...yuuk cap cus yuk.”
Eki menarik tangan Ivona, membawa gadis itu masuk ke dalam ruang make up, sambil berteriak –teriak menyuruh Gilang, si fotografer untuk menyiapkan setting foto. Gilang mencibir lalu mencubit gemas pipi Eki sebelum menyelinap masuk ke dalam studio, Eki menjerit dengan gaya genit nya dan Ivona pun terbahak-bahak melihat polah sang stylist.
Ivona menyukai kegiatan yang belangsung di dalam ruang make up. Saat dimana dia duduk di hadapan cermin rias besar dengan lampu-lampu menyorot wajahnya. Ivona menikmati saat-saat Eki merias sempurna wajahnya sambil berbincang kesana kemari. Ivona bisa dengan mudah terbuka dengan Eki, mereka sering curhat tentang apa saja. Mulai dari produk perawatan wajah, model baju yang sedang in sampai trend cowok terbaru.
“Kayaknya ada yang bikin silau mata I deh..” Dari pantulan cermin didepannya, Ivona melihat Eki sedang melirik jam tangan yang melingkar manis di tangan kirinya.
“Hadiah dari pangeran Ring-Ring,”
Jawab Ivona sambil mengangkat tangan kirinya, tanpa bermaksud pamer, membuat Eki bisa lebih jelas melihat jam tangan berwarna silver berhias sebutir berlian dititik angka 12. Mata Eki menyipit berusaha membaca merk jam tangan Ivona, Fontenay, ingatannya meraba-raba dimana dia pernah membaca merk itu. Oya..itu adalah merk jam tangan buatan paris yang tempo hari dia lihat di halaman majalah Cosmopolitan.
Pangeran Ring-Ring adalah panggilan yang diberikan Eki untuk pacar Ivona yang bernama Leo lantaran konon memiliki beberapa counter handphone.
”Nggak takut tangannya putus dipotong rampok yang mau ngambil tu jam?”
“ Selama kamu nggak ngember kalau ada berlian di jam ku, nggak bakalan ada perampok yang ngincer aku.Ngerti?!”
Eki mendelik sok galak mendengar komentar Ivona, Ivona menanggapinya dengan menjulurkan lidahnya ke arah Eki.
“Emangnya I ini suka gaul ma rampok apa? Sembarangan!I ini nggak ember cuma bocor dikit!”
Tangan terampil Eki dengan luwesnya membubuhkan bedak ke wajah Ivona.
“Emang si Ring-Ring bikin salah apa mpe harus bayar konpensasi mahal gitu?” tanya Eki penuh selidik.
“Lupa nemenin aku nonton konser di Caesar, padahal udah janjian ketemu disana. Aku kan jadi cengok!”,
“I juga mau punya lekong kayak gitu. Bikin salah aja terus, ga masalah. Konpensasinya kan makin gede.” Eki menepuk-nepuk pipi Ivona sebelum akhirnya menyapukan blush-on berwarna pink lembut.
Konpensasi adalah prinsip Ivona dalam berpacaran. Sebenarnya Ivona lebih suka menyebutnya “obat sakit hati”, aturan dimana pacarnya harus membelikan barang-barang yang diinginkan Ivona setiap kali berbuat kesalahan atau membuat Ivona kesal. Bahkan, jika kekasihnya menginginkan hubungan mereka berakhir, Ivona tidak segan meminta sejumlah uang atau barang sebagai obat sakit hati dan selama ini prinsip Ivona itu berjalan lancar karena selain Ivona selalu memastikan pria-pria yang menjadi kekasihnya paham dan setuju dengan segala peraturannya, Ivona hanya bersedia menjalin hubungan dengan pria berduit. Sebelum Leo, ada Wahyu, pemilik bisnis advertising, yang karena kesalahan-kesalahannya, Ivona mendapat fasilitas komplit plus akomodasi untuk liburan di bali, 2 buah tas asli Louis Vuitton, parfum Ana Sui, jam tangan Cartier, paket Make up- Clinic dan tambahan saldo di rekeningnya saat akhirnya Wahyu memutuskan untuk berpisah dari Ivona karena kecantol dengan SPG rokok bernama Silvy.
“Dirimu ikut pemilihan Caesar’s Babe nggak jeung?”tanya Eki sementara tangan-tangannya dengan telaten mulai melepas rol-rol besar yang memenuhi kepala Ivona satu persatu.
“Nggak pengen, tapi aku dapat undangan nonton malam pemilihannya.” Sahut Ivona, mata besarnya meneliti kuku-kuku tangannya yang kini sudah di cat sempurna dengan warna merah menyala. Eki yang menyuruhnya memakai kutek tadi, bagian dari make-up katanya.
“Tapi ada Manda lho di daftar finalis.” Lanjut Ivona lagi.
Eki berhenti menyemprotkan hair spray ke rambut Ivona, sebelah alisnya terangkat tinggi, “Em!Dia terbang ke singapura sebelum daftar kontes itu.”
Ivona mengangkat wajahnya, “maksudnya?,” Ivona jelas penasaran.
“Operasi dada..” Eki mengguncang-ngguncang pundaknya bak penyanyi dangdut yang sedang beraksi, “Secara dia kan papan strika gitu.”
Ivona ternganga menatap Eki, “Serius lo!” kata Ivona terkejut.
“Iris kuping I kalau I boong.” Eki menarik-narik telinga kirinya yang berhias anting perak mungil.
“Duit dari mana?” tukas Ivona seakan dia tidak percaya semua yang sudah dikatakan Eki.
“Ya dari si Om itu!”
Eki menyahut gemas, kepalanya digoyangkan kekanan dan kekiri seperti penari india. Ivona masih saja melotot keheranan. Manda adalah pelanggan fanatik studio foto dimana Ivona sedang berada saat ini, hampir setiap minggu dia datang dengan setumpuk kostum yang dibawanya sendiri demi memuaskan narsisnya yang sudah over dosis. Ivona bertemu Manda saat dia datang untuk mengambil fee pemotretannya dan Manda yang menghampirinya setelah menjerit histeris karena melihat stilletto 12 cm yang dipakai Ivona saat itu.
“Jadi Om Hendra masih eksis juga?” tanya Ivona setelah rasa herannya mereda,
“OO..,” bibir Eki membentuk bulatan sempurna, tangan kanannya yang memegang kuas besar melayang-layang di udara, “Beliau itu sudah history, sekarang eranya Om B O W O.”
Nada bicara Eki benar-benar lucu saat mengeja nama Om Bowo, persis seperti ibu guru TK yang sedang mengajari muridnya membaca. Anehnya lagi, Ivona juga mengangguk-anggukan kepalanya, seakan dialah yang menjadi murid Tknya.
”Suami orang juga?” Ivona mengibaskan rambutnya yang sudah disulap Eki menjadi ikal, lalu tersenyum puas pada bayangannya sendiri di cermin.
“D U D A! Katanya siiihh..”
Tegas Eki, memutar bola matanya, seolah mengatakan “paling-paling juga suami orang!” kemudian meraih lipstick dari kotak peralatan. Dua menit kemudian Eki selesai memoleskan lipstik di bibir Ivona sebagi sentuhan terakhir make-up nya dan voila...wajah cantik Ivona pun semakin dramatis berkat riasan Eki. Rambut hitamnya yang ditata bergelombang, membuat kesan sensual semakin terpancar dari wajah Ivona.
Kali ini Ivona melakukan pemotretan untuk konsep foto baru dengan tema “ Sexy Glam” dan setelah berganti baju dengan kostum yang sudah disediakan Eki, Ivona pun benar-benar siap menghadapi jepretan kamera Gilang, sang fotografer.
To be continue....
PRALINE!
sip ..salam kenal..
BalasHapus