Selasa, 06 April 2010

DARK 'mawar


Hujan masih deras menguyur jogja sejak pagi, aku sendiri lebih memilih meringkuk di balik selimutku sambil membaca buku ketimbang duduk – duduk bersama anak – anak kos diluar. Beban berat 1 ton itu berangsur hilang, sedikit hilang mungkin karena logika mulai bekerja mengimbangi emosi yang sudah habis tercurah selama dua hari kemarin. Rasanya masih tidak percaya, tidak ingin percaya dan ingin sekali percaya kalau memanglah ada perasaan yang seharusnya aku rasakan, atau ini hanya bagian dari stimulus perasaan yang terjabar tak dapat termaknai.
Tiba – tiba saja aku ingin memberinya bunga, sebuah bunga mawar yang sebenarnya adalah bunga yang paling kubenci selama hampir 9 tahun ini. Iya, aku ingin memberinya….bukan sebagai tanda cinta….hanya ingin memberi karena merasa dia pantas menerimanya. Sesaat teringat di masa itu….ketika mungkin Tuhan berikanku kesempatan untuk melihat ketulusan yang justru tak kusadari sepenuhnya. Aku terlalu takut melangkah mau ke depan, terlalu berhati – hati menjaga diriku…agar tak lemah, agar tak jatuh dan agar tak tersungkur lagi….perih masih kadang menyerang ketika hati ini ternyata belum sepenuhnya memaafkan masa lalu. Kadang kubertanya ketika kubersujud di malamNya, apakah harus begini? Dan bagaimana aku mampu melewati ujian ini lagi? Begitu banyak kepingan puzzle yang sudah mulai tersusun. Kalaupun ini hanya oase sesaat…kenapa juga air mata ini terus mengalir ketika dia melakukan hal yang menyentil egoku, membuatku lupa usiaku, membuatku merajuknya seperti seorang anak kecil. Lalu kemana semua sikap dewasa yang selama ini kutunjukkan padanya, mana logika yang kumiliki? Pertanyaan demi pertanyaan kutanyakan, yang pada akhirnya kupasrahkan padaNya.
Hujan tiba – tiba berhenti, membuatku semakin nekat ingin membeli bunga mawar merah untuknya. Kuberanikan turun dari tempat tidurku kusingkirkan egoku, kusingkirkan harga diriku….kucari dan kubeli mawar cantik itu. Cantik, mawar cantik untuk kado ulang tahunnya, seseorang yang hadirnya beriku banyak kisah, yang suatu saat mgkn akan hilang dr ingatan… tapi akan tetap ada di hati.

Jogja, desember 2009

Minggu, 04 April 2010

TRUFFLES. Expired?

Kupersembahkan untukmu

Katakan kepada langit bahwa aku pernah ada
Semua kisah ini pernah terjadi
Terbentang dalam naungannya
dan alampun pernah menyadari
Bahwa semua ini satu dengannya,
juga denganmu.

Katakan kepada sungai
Bahwa aku pernah mengalir sepertinya...

Aku terbangun dengan badan babakbelur. Perutku mulas. Kehidupan mengajarkan kita untuk berbagi dan menerima. Dan sekarang waktunya aku mengosongkan isi perutku yang memberontak untuk dicerna.
Sayup-sayup antara sadar dan tenggelam kudengar kelepak sayap di jendela kamarku yang terpentang lebar.
Dengan segenap tekad, kujereng mataku untuk tersadar sepenuhnya. Udara kehidupan berhembus lewat mengusap keringat dingin di tengkukku yang penat
Ya Tuhan, aku benar-benar merindukannya. Seperti daun-daun menantikan fajar pertama.
Kurasa ini tidak patut/ pantas/ layak. Maka rasa ini kutindas saja dengan ganas hingga tuntas. Aku ingin sejenak merasa bebas dari diriku sendiri, dari rasa yang menggenangi mataku dengan bulir bening.
Jika aku memang pengarang, anggap saja ini untaian kata usang yang akan dicoret cepat-cepat oleh editorku. Aku berharap hatiku sedikit terbuka lebar hingga aku mau memaknai perasaan ini dengan lebih bijak. Seperti petuah-petuahmu.
Entah kenapa aku berharap kamu ada di sini. Walau sejenak.
Aku benar-benar ingin muntah.