"Di hadapan orang yang kaucintai,
musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Di hadapan orang yang kausukai,
musim dingin tetap saja musim dingin hanya
suasananya lebih indah sedikit
Di hadapan orang yang kaucintai,
jantungmu tiba tiba berdebar lebih cepat
Di hadapan orang yang kausukai,
kau hanya merasa senang dan gembira saja
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau cintai, matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau sukai, engkau hanya tersenyum saja
Di hadapan orang yang kaucintai,
kata kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Di hadapan orang yang kausukai,
kata kata hanya keluar dari pikiran saja
Jika orang yang kau cintai menangis,
engkaupun akan ikut menangis di sisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,
engkau hanya menghibur saja
Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan
rasa suka dimulai dari telinga
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,
cukup dengan menutup telinga.
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari
orang yang kau cintai, cinta itu berubah menjadi
tetesan air mata dan terus tinggal di hatimu dalam
jarak waktu yang cukup lama.
“Tetapi….. selain rasa suka dan rasa cinta… ada
perasaan yang lebih mendalam.
Yaitu rasa sayang…. rasa yang tidak hilang
secepat rasa cinta. Rasa yang tidak mudah berubah.
Perasaan yang dapat membuatmu berkorban untuk orang yang kamu sayangi.
Mau menderita demi kebahagiaan orang yang kamu sayangi.
Cinta ingin memiliki. Tetapi Sayang hanya ingin
melihat orang yang disayanginya bahagia..
walaupun harus kehilangan.”
---------------------------------------------------------------------------
Huhuhu.. entah apa yg terjadi di tataran alam raya hari ini hingga deretan kalimat puitis begitu bisa tayang di operamini ponselku. Atau entah apa yg terjadi pada diriku, hingga bisa terdampar di blog dunia percintaan.
Cinta? Salah satu kata paling absurd di dunia, bukan?
Sabtu, 27 Maret 2010
Kamis, 25 Maret 2010
Selasa, 23 Maret 2010
DARK "Untuk Pahit dan Manis"

Mana yang paling kamu suka?
Manis?
Pahit?
Aku dan sahabatku sering berdebat tentang ini ketika kami berdua sedang mengkonsumsi kopi. Si hitam ini adalah minuman favorit kami berdua. Seakan sudah kewajiban bagi kami, untuk duduk di halaman samping kos kami di setiap sore hari, sambil menikmati secangkir kopi panas dan berbagi rokok putih.
Kepenatan setelah beraktivitas sedari pagi, membuat kami memang tidak banyak bicara . Kadang-kadang saja kami saling melontarkan candaan atau bercerita tentang kejadian hari ini yang bisa kami diskusikan.
Seperti sore ini, seperti biasa aku dan dia duduk bersila bersandar tembok, menghadap ke arah barat. Melihat matahari jingga yang sudah hendak lengser ke tempat peristirahatannya, memandang burung-burung mulai berlalulalang untuk pulang ke sarang. Sudah hampir setengah jam kami disini, kopi kami sudah tinggal setengah cangkir dan sudah sama-sama sebatang rokok kami habiskan.
“Manusia itu aneh-aneh ya?” Ujar sahabatku tiba-tiba.
“Kenapa? Kok tiba-tiba bahas manusia?” Tanyaku sambil terkekeh geli.
“Mereka makhluk yang tidak pernah puas.”
“Berarti kita juga kan? Kita kan manusia.” Ujarku
Kami berdua berpandangan, lalu tertawa. Aku mengambil sebatang rokok lalu menyalakannya, dia ikut mengambil. Kami lagi-lagi diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
“Apa yang membuatmu tidak puas dengan hidupmu?’ Tanyaku.
“Buanyaaaaaaaak say!!” dia tertawa.
“Apa contohnya?”
“Gak cukup satu jam untuk bahas itu. Membahas sesuatu yang tidak membuat kita puas tentang hidup yang kita jalani? Wuiih…” Dia tergelak.
Aku tertawa.
“Kamu tahu? Pasti yang mau kamu ceritakan hanya tentang keluhan.”
Dia lagi-lagi tertawa, aku melanjutkan bicaraku.
“Manusia itu cuma bisa mengeluh.”
“Itu aku setuju!” Ujarnya mantap, tanpa lepas dari rokoknya yang sedari tadi tidak pernah berhenti dia hisap. Habis satu batang, berlanjut ke batang selanjutnya.
“Semua yang mau diungkapkan adalah tentang pahit. Pahitnya kehidupan.”
Sejenak kami berdua diam, saling berlomba menghembuskan asap rokok ke udara. Entah apa yang ada di kepalanya, yang jelas di kepalaku juga bermunculan kepahitan-kepahitan yang ingin aku tumpahkan.
Aku bukanlah pecinta pahit, aku adalah penggemar manis, oleh karenanya kopi hitamku adalah kopi yang manis. Karena bagiku hidup adalah akhir dari sebuah perjalanan kehidupan pastilah akan menuju sesuatu yang manis, jadi jika saat ini kehidupan kita terasa pahit, kita harus rajin-rajin meminum atau memakan sesuatu yang manis, supaya tak terlalu pahit kita rasakan perjalanan hidup ini.
Tetapi partnerku ini memiliki pendapat juga tentang pilihannya untuk kopinya yang selalu pahit. Menurutnya kita harus merasakan rasa pahit, agar tahu bahwa hidup memang perlu kepahitan. Saat sesuatu berjalan diluar kontrol kita sebagai manusia, karena untuk meraih sesuatu memang harus berjalan di tempat yang terjal dan licin dan perlu merasakan yang namanya kepahitan.
“Kadang kepahitan yang kita miliki memang perlu diceritakan. Agar kita bisa membandingkan dengan kepahitan yang dimiliki orang lain.”
“Gak Cuma pahit, kadang yang manis pun juga perlu kita ungkap. Agar tak selalu kita merasa hidup ini tidak selalu tentang kepahitan. Apa jadinya jika semua yang kita ceritakan Cuma pahit? Membuat orang jadi enggan memiliki semangat hidup saja.” Ujarku.
“Menurutmu hidupmu balance?” Tanyanya lagi.
“Kadang posisinya memang banyak pahitnya…tapi di menit berikutnya ternyata aku tetap bisa kok merasakan manis. Asal aku selalu ingat untuk bersyukur.”
“Itu dia. Itu intinya say, kalau kita bersyukur…gak akan ada lagi yang pahit di dunia ini. Meskipun kopiku ini pahit.” Ujarnya.
Aku dan dia berpandangan, saling melempar senyum. Lalu saling mengacungkan cangkir masing-masing,
“Cheers, untuk kopi pahit.” Ujarnya
“Cheers, untuk kopi manis.” Ujarku
Kami menenggaknya bersamaan, dia mengernyitkan kening ketika kopi pahitnya ditenggak, sementara aku tersenyum menikmati rasa manis di lidahku.
Pilihan untuk hidup pun selalu begitu, ada manis dan pahit. Tinggal bagaimana kita memilih, karena hanya kita sendiri yang tahu, apa yang kita perlukan bagi diri kita sendiri.
Jogja, 19 Februari 2009
09:33PM
The Recipe Of ELIRA
ELIRA ada untuk memberikan sensasi rasa seperti ketika kita memakan cokelat. Rasa senang, nyaman bahagia akan menyertai anda ketika anda menikmati setiap gigitan ELIRA. ELIRA adalah empat cokelat yang terdiri dari Adel, Idah Riski Ajeng yang menjelma menjadi cokelat dark, truffle praline dan white.
Semoga setiap gigitan yang diberikan ELIRA dapat meningkatkan level zat-zat neurotransmitter ke otak yang akan memicu pengeluaran hormon-hormon pembuat senang dan rileks.
Semoga setiap gigitan yang diberikan ELIRA dapat meningkatkan level zat-zat neurotransmitter ke otak yang akan memicu pengeluaran hormon-hormon pembuat senang dan rileks.
Langganan:
Postingan (Atom)